Tren Sepatu Gen Z 2025: Kenapa Model “Jadul” dan Sepatu Gunung Malah Hype?

Posted byYantiOkvnptr14_ Posted on12/12/2025 Comments0
tren sepatu

Pergeseran Selera: Dari “Flexing” ke “Aesthetic”

infosepatu – Pernahkah Anda memperhatikan isi For You Page (FYP) TikTok atau Explore Instagram belakangan ini? Faktanya, tren sepatu di tahun 2025 mengalami perubahan drastis dibandingkan era 2018-2020. Jika dulu orang berlomba-lomba memakai sepatu basket bongsor (chunky) seperti Air Jordan atau Yeezy untuk ajang pamer (flexing), kini Gen Z justru mencari sesuatu yang berbeda.

Saat ini, kata kuncinya adalah timeless (tak lekang waktu), nyaman, dan effortless. Akibatnya, sepatu-sepatu dengan desain klasik alias “jadul” dan sepatu fungsional yang “aneh” justru menjadi primadona. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mari kita bedah tren utamanya satu per satu.

1. Kembalinya Era “Flat Shoes” Retro (Adidas Samba & Gazelle)

Pertama, mari bicara soal fenomena sepatu sol tipis. Tampaknya, Gen Z mulai lelah dengan sepatu bersol tebal dan berat. Sebaliknya, mereka beralih ke siluet yang ramping dan klasik. Di sinilah Adidas Samba, Gazelle, dan Spezia mengambil panggung utama.

Awalnya, sepatu-sepatu ini hanyalah sepatu sepak bola indoor atau sepatu latihan di tahun 70-an dan 80-an. Namun, berkat tren Bloke Core (gaya berpakaian ala suporter bola Inggris) dan Clean Girl Aesthetic di TikTok, sepatu ini meledak kembali. Alasannya sederhana, sepatu ini mudah dipadukan dengan apa saja, mulai dari celana baggy kargo, rok panjang, hingga celana bahan formal. Hasilnya, penampilan terlihat santai namun tetap stylish.

2. Demam Gorpcore: Sepatu Gunung Masuk Mall

Selanjutnya, ada tren yang cukup unik bernama Gorpcore. Istilah ini merujuk pada gaya berpakaian yang menggunakan perlengkapan outdoor (mendaki gunung/camping) untuk aktivitas sehari-hari di kota. Contoh paling nyata adalah populernya merek seperti Salomon, Hoka, dan Merrell.

Mungkin bagi orang awam, sepatu Salomon terlihat rumit, penuh tali teknikal, dan warnanya terlalu mencolok. Padahal, justru itulah daya tariknya bagi Gen Z. Mereka menyukai kontras antara sepatu yang “tangguh” dan “agresif” ini saat dipadukan dengan pakaian kasual yang lembut. Selain itu, faktor kenyamanan menjadi alasan utama. Karena didesain untuk mendaki gunung, sepatu ini menawarkan bantalan (cushioning) yang luar biasa empuk untuk dipakai jalan-jalan seharian di mall.

3. Dad Shoes: New Balance Tak Ada Matinya

Ketiga, tren “Sepatu Bapak-Bapak” atau Dad Shoes ternyata belum mati. Justru, tren ini berevolusi. Jika sebelumnya orang mencari sepatu yang super tebal (seperti Balenciaga Triple S), sekarang mereka mencari Dad Shoes yang bergaya pelari retro (retro runner).

Merek New Balance dengan seri 530, 2002R, atau 1906R menjadi rajanya di kategori ini. Selain New Balance, Asics dengan seri Gel-Kayano juga menjadi incaran. Gen Z menyukai sepatu ini karena memberikan kesan sporty yang nostalgik (seperti sepatu lari ayah mereka di tahun 90-an) namun tetap terlihat futuristik dengan sentuhan warna silver metalik.

4. Local Pride Mulai Bersaing

Terakhir, kita tidak boleh melupakan peran brand lokal. Melihat antusiasme pasar terhadap model retro dan chunky, brand lokal Indonesia tidak tinggal diam. Nama-nama seperti Compass (dengan desain retro), Piero, hingga Kanky (dengan teknologi sol empuk) mulai merilis model yang bersaing secara kualitas dengan brand luar. Hebatnya, mereka menawarkan harga yang jauh lebih masuk akal bagi kantong pelajar dan mahasiswa.

Pada akhirnya, tren sepatu masa kini mengajarkan kita satu hal penting. Fashion bukan lagi soal harga mahal atau logo besar yang mencolok. Lebih dari itu, tren 2025 adalah tentang bagaimana mengekspresikan diri melalui kenyamanan dan nostalgia.

Jadi, apakah Anda tim sepatu retro yang tipis atau tim sepatu gunung yang gagah? Apapun pilihan Anda, pastikan itu membuat Anda nyaman melangkah!

Live draw SGP

Category